REVITALISASI MEDIA MASSA
TRADISIONAL
UJIAN AKHIR SEMESTER
Tugas
ini Diajukan untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester (UAS) Mata Kuliah Sistem
Komunikasi Indonesia
Dosen
:
Drs. Abdul Rasib, M.Si.
Disusun
oleh:
Hera Erawan
(1211405060)
(1211405060)
ILMU KOMUNIKASI JURNALISTIK
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012
Ujian Akhir Semester (UAS)
Sistem Komunikasi Indonesia
A.
Petunjuk UAS
1.
Ujian di
kerjakan di rumah dengan jawaban yang komprehensif dan sistematik. Dan dikumpulkan
paling lambat hari jumat tanggal 21 Desember 2012 ( pada saat ujian di kelas)
2.
Diketik dengan
1,5 spasi
3.
Jawaban
dilengkapi dengan bacaan atau sumber-sumber (Kepustakaan)
B.
Soal
Buatlah sebuah kasus tentang model sistem komuniakasi indonesia
yang terkait dengan : “ REVITALISASI MEDIA MASSA TRADISIONAL” yang ada di
daerah anda masing-massing. Kemudian kasus tersebut anda kembangkan, dengan
menjawab pertanyaan2 berikut :
1.
Jelaskan konsep
revitalisasi sistem komunikasi indonesia dari kasus yang anda angkat untuk di
laksanakan dalam kurun waktu tertentu !
2.
Bagaimana
strategi yang anda lakukan dalam merevitalisasi saluran komunikasi
interpersonal dan media massa untuk mengkomunikasikan kasus tersebut?
3.
Bagaimana pula
analisa anda, apakah revitalisasi tersebut dapat menciptakan perubahan sosial
pada masyarakat? Menurut prediksi anda perubahan apa yang akan terjadi ?
“Selamat bekerja semoga sukses”
KASUS
: Terlupakannya Film (Layar lebar) dari Benak Masyarakat Indonesia.
1.
Konsep revitalisasi sistem komunikasi indonesia dari kasus yang
saya angkat untuk di laksanakan dalam kurun waktu tertentu :
Terlupakannya film (layar lebar)
dari benak masyarakat tidak lain adalah karena perkembangan teknologi yang
semakin pesat. Yang pertama, hal itu
disebabkan karena adanya televisi. Dari hari ke hari, televisi semakin
memasyarakat. Hampir di setiap rumah ada televisi (di kampung saya) tepatnya di
daerah Tasikmalaya. Kedua, munculnya
media massa yang lebih modern, yaitu media online. Hal ini memang belum terlalu
dimengerti oleh semua masyarakat, tapi karena tuntutan zaman, televisi juga
nyaris terlupakan karena hadirnya internet.
Ciri dari setiap media tradisional adalah partisipasi warga,
melalui keterlibatan fisik atau psikhis. Media tradisional tidak hanya sebagai
obyek hiburan (spectacle) dalam fungsi pragmatis untuk kepentingan sesaat,
tetapi dimaksudkan untuk memelihara keberadaan dan identitas suatu masyarakat.
Budaya tradisional pada hakikatnya berfungsi dalam memelihara solidaritas suatu
masyarakat budaya, karenanya bersifat eksklusif. Setiap masyarakat budaya
memiliki mitos yang khas yang menjadi perekat kelompok/komunitas. Untuk
mengusung suatu media tradisional dalam dalam konteks lintas budaya, secara
praktis hanya dapat dilakukan jika secara substansial budaya dan media dimaksud
sudah mengalami transformasi sebagai spectacle. Dalam formatnya yang asli,
media tradisional hanya relevan secara eksklusif bagi masyarakat budaya pendukungnya. Begitu
pula pemanfaatan media tradisional sebagai wahana bagi isu-isu kontemporer bagi
suatu masyarakat budaya pendukungnya, akan relevan manakala media tersebut sudah tidak lagi
sebagai sumber mitos.
Untuk merevitalisasi media massa tradisional, khususnya film (layar
lebar), harus ada partisipasi warga melalui keterlibatan fisik maupun psikhis.
Selain itu, harus ada agenda yang khusus dari penguasa untuk menayangkan film
(layar lebar) supaya masyarakat tergugah kembali untuk menaruh minat terhadap
media massa tradisional itu. Dalam hal ini, erat kaitannya juga dengan Sistem
Komunikasi Indonesia.
Lasswell (dalam Nurudin, 2004),
menyatakan bahwa fungsi sistem komunikasi adalah:
·
Pengawasan lingkungan
·
Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk
menanggapi lingkungannya
·
Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya
2.
Strategi yang anda lakukan dalam merevitalisasi saluran komunikasi
interpersonal dan media massa untuk mengkomunikasikan kasus tersebut :
Strategi yang akan saya lakukan
adalah melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai arti pentingnya media
massa tradisional yang telah diwariskan oleh para leluhur. Masyarakat harus
menyadari akan keterpisahannya dengan budaya sendiri. Saya juga akan melakukan
permohonan kepada pemerintah untuk merevitalisasi film. Dalam penyuguhannya,
film tersebut juga akan menayangkan cerita-cerita yang lebih edukatif, dikemas
dalam bentuk hiburan dan bervariatif supaya masyarakat tidak bosan. walaupun
banyak tantangan, tapi tetap saja pemerintah harus mampu menyeimbangkan antara
media massa tradisional dan modern. Masyarakat juga harus bisa menyeimbangkan
penggunaannya.
3.
Analisis
:
Tantangan yang dihadapi dalam menghadirkan media tradisional adalah
dalam menempatkannya di antara konstelasi proses mediasi masyarakat. Keberadaan
setiap media tradisional tidak dapat dilepaskan begitu saja dari
masyarakat/komunitas budaya pendukungnya. Fungsi setiap media tradisional
adalah dalam pewarisan nilai dan memelihara solidaritas sosial bagi
masyarakatnya, yang diwujudkan dalam bentuk magis-religius dan
permainan-hiburan.
Media massa digambarkan sebagai jarum hipodermik raksasa yang
mencotok massa komunikan yang pasif.
Elihu
Katz mengatakan, bahwa model tersebut terdiri dari:
(1)
media yang sangat ampuh yang mampu memasukkan ide pada benak yang tidak
berdaya.
(2)
massa komunikan yang terpecah-pecah, yang terhubungkan dengan media massa,
tetapi sebaliknya komunikan tidak terhubungkan dengan media massa.
Berdasarkan teori jarum hipodermik itu, wajarlah apabila televisi
mampu menghipnotis masyarakat indonesia yang multikultural. Apalagi ketika
masyarakat sudah merasa ketergantungan dengan televisi, sulit rasanya untuk
merevitalisasi film (layar lebar).
Budaya kontemporer yang diproduksi melalui media massa dapat
dibandingkan dengan budaya tradisional
dan media sosial yang menjadi wahananya. Budaya kontemporer berkecenderungan
pada kebaruan dan berorientasi ke masa depan, sementara budaya tradisional
adalah untuk konservasi dan mengarah ke masa lalu. Proses mediasinya pada
hakikatnya untuk merealisasikannya. Tetapi fungsi utama dari media massa
kontemper adalah untuk kepentingan pragmatis dari produser dan penggunanya,
sebab bersifat imperatif secara struktural dan institusionak, sementara makna
kultural dari sini tidak dominan sebab datang dari preferensi etis produser.
Sebaliknya dengan media sosial tradisional dengan fungsi utama adalah sebagai penyampai
makna budaya, sedangkan fungsi pragmatis seperti hiburan kalau ada biasanya
hanya tambahan.
Perlu adanya keserempakan dalam hal ini. Yang dimaksud dengan
keserempakan adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam
jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan
terpisah. Radio dan televisi dalam hal ini melebihi media tercetak, karena yang
terakhir dibaca pada waktu yang berbeda dan lebih selektif. Ada dua segi
penting mengenai kontak yang langsung itu, pertama; kecepatan yang lebih tinggi
dari penyebaran dan kelangsungan tanggapan, kedua; keserempakan adalah penting
untuk keseragaman dalam seleksi dan interpretasi pesan-pesan. Tanpa komunikasi
massa, hanya pesan-pesan yang sangat sederhana saja yang disiarkan tanpa
perubahan dari orang yang satu ke orang
yang lain.
REFERENSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar