Rabu, 06 Maret 2013

REVITALISASI MEDIA MASSA TRADISIONAL



REVITALISASI MEDIA MASSA TRADISIONAL
UJIAN AKHIR SEMESTER
Tugas ini Diajukan untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester (UAS) Mata Kuliah Sistem Komunikasi Indonesia
Dosen : Drs. Abdul Rasib, M.Si.




Disusun oleh:
Hera Erawan
(1211405060)

ILMU KOMUNIKASI JURNALISTIK
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012
Ujian Akhir Semester (UAS)
Sistem Komunikasi Indonesia
A.    Petunjuk UAS
1.      Ujian di kerjakan di rumah dengan jawaban yang komprehensif dan sistematik. Dan dikumpulkan paling lambat hari jumat tanggal 21 Desember 2012 ( pada saat ujian di kelas)
2.      Diketik dengan 1,5 spasi
3.      Jawaban dilengkapi dengan bacaan atau sumber-sumber (Kepustakaan)

B.     Soal
Buatlah sebuah kasus tentang model sistem komuniakasi indonesia yang terkait dengan : “ REVITALISASI MEDIA MASSA TRADISIONAL” yang ada di daerah anda masing-massing. Kemudian kasus tersebut anda kembangkan, dengan menjawab pertanyaan2 berikut :

1.      Jelaskan konsep revitalisasi sistem komunikasi indonesia dari kasus yang anda angkat untuk di laksanakan dalam kurun waktu tertentu !
2.      Bagaimana strategi yang anda lakukan dalam merevitalisasi saluran komunikasi interpersonal dan media massa untuk mengkomunikasikan kasus tersebut?
3.      Bagaimana pula analisa anda, apakah revitalisasi tersebut dapat menciptakan perubahan sosial pada masyarakat? Menurut prediksi anda perubahan apa yang akan terjadi ?


“Selamat bekerja semoga sukses”
KASUS : Terlupakannya Film (Layar lebar) dari Benak Masyarakat Indonesia.
1.     Konsep revitalisasi sistem komunikasi indonesia dari kasus yang saya angkat untuk di laksanakan dalam kurun waktu tertentu :
Terlupakannya film (layar lebar) dari benak masyarakat tidak lain adalah karena perkembangan teknologi yang semakin pesat. Yang pertama, hal itu disebabkan karena adanya televisi. Dari hari ke hari, televisi semakin memasyarakat. Hampir di setiap rumah ada televisi (di kampung saya) tepatnya di daerah Tasikmalaya. Kedua, munculnya media massa yang lebih modern, yaitu media online. Hal ini memang belum terlalu dimengerti oleh semua masyarakat, tapi karena tuntutan zaman, televisi juga nyaris terlupakan karena hadirnya internet.
Ciri dari setiap media tradisional adalah partisipasi warga, melalui keterlibatan fisik atau psikhis. Media tradisional tidak hanya sebagai obyek hiburan (spectacle) dalam fungsi pragmatis untuk kepentingan sesaat, tetapi dimaksudkan untuk memelihara keberadaan dan identitas suatu masyarakat. Budaya tradisional pada hakikatnya berfungsi dalam memelihara solidaritas suatu masyarakat budaya, karenanya bersifat eksklusif. Setiap masyarakat budaya memiliki mitos yang khas yang menjadi perekat kelompok/komunitas. Untuk mengusung suatu media tradisional dalam dalam konteks lintas budaya, secara praktis hanya dapat dilakukan jika secara substansial budaya dan media dimaksud sudah mengalami transformasi sebagai spectacle. Dalam formatnya yang asli, media tradisional hanya relevan secara eksklusif  bagi masyarakat budaya pendukungnya. Begitu pula pemanfaatan media tradisional sebagai wahana bagi isu-isu kontemporer bagi suatu masyarakat budaya pendukungnya, akan relevan  manakala media tersebut sudah tidak lagi sebagai sumber mitos.
Untuk merevitalisasi media massa tradisional, khususnya film (layar lebar), harus ada partisipasi warga melalui keterlibatan fisik maupun psikhis. Selain itu, harus ada agenda yang khusus dari penguasa untuk menayangkan film (layar lebar) supaya masyarakat tergugah kembali untuk menaruh minat terhadap media massa tradisional itu. Dalam hal ini, erat kaitannya juga dengan Sistem Komunikasi Indonesia.
Lasswell (dalam Nurudin, 2004), menyatakan bahwa fungsi sistem komunikasi adalah:
·        Pengawasan lingkungan
·        Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya
·        Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya

2.     Strategi yang anda lakukan dalam merevitalisasi saluran komunikasi interpersonal dan media massa untuk mengkomunikasikan kasus tersebut :
Strategi yang akan saya lakukan adalah melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai arti pentingnya media massa tradisional yang telah diwariskan oleh para leluhur. Masyarakat harus menyadari akan keterpisahannya dengan budaya sendiri. Saya juga akan melakukan permohonan kepada pemerintah untuk merevitalisasi film. Dalam penyuguhannya, film tersebut juga akan menayangkan cerita-cerita yang lebih edukatif, dikemas dalam bentuk hiburan dan bervariatif supaya masyarakat tidak bosan. walaupun banyak tantangan, tapi tetap saja pemerintah harus mampu menyeimbangkan antara media massa tradisional dan modern. Masyarakat juga harus bisa menyeimbangkan penggunaannya.

3.     Analisis :

Tantangan yang dihadapi dalam menghadirkan media tradisional adalah dalam menempatkannya di antara konstelasi proses mediasi masyarakat. Keberadaan setiap media tradisional tidak dapat dilepaskan begitu saja dari masyarakat/komunitas budaya pendukungnya. Fungsi setiap media tradisional adalah dalam pewarisan nilai dan memelihara solidaritas sosial bagi masyarakatnya, yang diwujudkan dalam bentuk magis-religius dan permainan-hiburan.
Media massa digambarkan sebagai jarum hipodermik raksasa yang mencotok massa komunikan yang pasif.
Elihu Katz mengatakan, bahwa model tersebut terdiri dari:
(1) media yang sangat ampuh yang mampu memasukkan ide pada benak yang tidak berdaya.
(2) massa komunikan yang terpecah-pecah, yang terhubungkan dengan media massa, tetapi sebaliknya komunikan tidak terhubungkan dengan media massa.
Berdasarkan teori jarum hipodermik itu, wajarlah apabila televisi mampu menghipnotis masyarakat indonesia yang multikultural. Apalagi ketika masyarakat sudah merasa ketergantungan dengan televisi, sulit rasanya untuk merevitalisasi film (layar lebar).
Budaya kontemporer yang diproduksi melalui media massa dapat dibandingkan dengan  budaya tradisional dan media sosial yang menjadi wahananya. Budaya kontemporer berkecenderungan pada kebaruan dan berorientasi ke masa depan, sementara budaya tradisional adalah untuk konservasi dan mengarah ke masa lalu. Proses mediasinya pada hakikatnya untuk merealisasikannya. Tetapi fungsi utama dari media massa kontemper adalah untuk kepentingan pragmatis dari produser dan penggunanya, sebab bersifat imperatif secara struktural dan institusionak, sementara makna kultural dari sini tidak dominan sebab datang dari preferensi etis produser. Sebaliknya dengan media sosial tradisional dengan fungsi utama adalah sebagai penyampai makna budaya, sedangkan fungsi pragmatis seperti hiburan kalau ada biasanya hanya tambahan.
Perlu adanya keserempakan dalam hal ini. Yang dimaksud dengan keserempakan adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut  satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. Radio dan televisi dalam hal ini melebihi media tercetak, karena yang terakhir dibaca pada waktu yang berbeda dan lebih selektif. Ada dua segi penting mengenai kontak yang langsung itu, pertama; kecepatan yang lebih tinggi dari penyebaran dan kelangsungan tanggapan, kedua; keserempakan adalah penting untuk keseragaman dalam seleksi dan interpretasi pesan-pesan. Tanpa komunikasi massa, hanya pesan-pesan yang sangat sederhana saja yang disiarkan tanpa perubahan  dari orang yang satu ke orang yang lain.

REFERENSI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar